Rasanya setiap Pekerja Pertamina tidak ada yang tidak tahu 6C. Ini adalah values yang wajib diketahui oleh setiap Pekerja Pertamina dan diaplikasikan dalam keseharian bekerja dan berinteraksi dimanapun. Tapi apakah semua orang hafal dengan 6C tersebut? Belum tentu! Itu jawaban yang paling tepat. Dan yang paling mudah mereka ingat dari 6C saat ditanya, selalu kata-kata “clean”. Ya… itulah salah satu makna “C” dari 6C yang ada.Saya dimutasikan dari Investigation IA Persero ke IA PT EP (PEP) sejak bulan Mei 2013. Perlahan saya merasakan ada sesuatu yang berbeda di PEP. Khususnya kalau kita bicara aspek “clean”. Situasi dan kondisinya dirasakan mendukung dan terasa sangat berbeda jika dibandingkan sewaktu saya masih di Persero (korporasi).Tidak ada maksud untuk membandingkan atau menyatakan bahwa yang itu bagus dan itu jelek. Sama sekali tidak. Tapi untuk sesuatu yang positif, rasanya kita bisa sepakat bahwa itu layak untuk di-umbar “disosialisasikan”. Mudah-mudahan dapat diambil pelajaran dari itu semua.
Beberapa contoh sederhana dapat dikemukakan disini, a.l:
Pertama, sewaktu saya ikut rombongan Direktur Produksi & Operasi PEP pada bulan Juni 2013 untuk MWT (Management Walk Through) HSSE ke salah satu lapangan yang akan diterminasi, yaitu Medco E&P Sembakung. Sewaktu rombongan akan kembali ke Jakarta, tidak ada kesibukan dari Manajemen Field Tarakan untuk menyiapkan buah tangan. Manajemen setempat terasa tidak memiliki beban dalam hal ini. Dan ini merupakan salah satu ciri khas di PEP dari penerapan arti clean.
Kedua, Pekerja PEP “termasuk kawan-kawan Auditor” tidak begitu tergantung dengan jemputan dari unit setempat saat melakukan perjalanan dinas/audit. Ada kesadaran bahwa hal tersebut tidak dibolehkan. Kalaupun dijemput mereka tidak lakukan klaim ke Perusahaan.
Ketiga, sewaktu saya pulang dari ibadah Umroh pada Juli kemarin. Rasa-rasanya hal yang wajar jika saya ingin berbagi oleh-oleh dengan jajaran Manajemen di PEP. Dan itu biasa dilakukan saat saya masih di Persero. Tapi kawan-kawan di IA PEP sempat mengingatkan saya, “sebaiknya jangan pak, Bapak di PEP kan sebagai Ketua Komite EKB (Etika Kerja & Bisnis)”.
Keempat, selaku Ketua Komite EKB PEP (terdiri dari 12 VP & 2 Manager), kami bisa bekerja profesional dan independen dalam membuat keputusan sesuai ketentuan berlaku terkait pelanggaran yang dilakukan oleh Pekerja (& mitra) tanpa direcoki oleh banyak kepentingan.
Keempat contoh sederhana di atas membuat saya berpikir lain. Terasa ada yang aneh. Tapi disisi lain saya melihat ada nuansa yang luar biasa. Dari sini saya berimajinasi bahwa penerapan clean tidak sesulit yang dibayangkan. Jujur saya katakan bahwa masih sangat banyak yang bilang “itu sulit diterapkan di Pertamina”. “Paling-paling hanya slogan doank” kata beberapa Pekerja muda.
Nah… dengan beberapa pengalaman tadi, bagi saya clean menjadi sesuatu yang mudah “simpel” di PEP. Modal utama yang dibutuhkan hanya berupaya memahami makna dari clean tersebut, kemudian mensikapinya secara wajar dan tanpa beban. Artinya jangan pernah berharap pemberian dari seseorang. Perusahaan sudah memberikan yang terbaik bagi kita “Pekerja”. Tugas kita tinggal bekerja dengan baik dan mensyukuri apa yang sudah diterima. “Kerja baik – Perusahaan untung, dan yakinlah akan ada sesuatu yang baik dibagi oleh Perusahaan”.
Sambil terus menulis, pikiran saya dihantui banyak hal. Apakah PEP memang seperti yang saya pikirkan. Atau masih banyak hal lainnya yang saya belum ketahui. Sementara ini saya tidak ingin berpolemik dulu, karena ada beberapa contoh bagus dan layak untuk saya umbar ke semua khalayak. Saya berharap Manajemen dan kawan-kawan Pekerja di PEP dapat membaca ini. Mereka harus bangga dengan culture yang sudah terbentuk dilingkungan kerja. Namun sekaligus harus menjadikan ini sebagai sebuah tantangan untuk menunjukan kepada siapapun bahwa ini bukan hanya sekedar tulisan. Tapi sesuatu yang riil “nyata dan harus menjadi mindset seluruh Pekerja PEP”. Taruhannya tidak main-main kalau kita “PEP” tidak ingin dilecehkan oleh banyak orang.
Pembaca yang budiman. Tentunya masih ingat dengan beberapa tulisan saya sebelumnya, seperti “Masih Ada Manusia Putih, Dapatkan Tiket Keliling Indonesia dan Pesan Mendalam Ketua PPATK”. Jika tidak atau belum pernah membacanya, dapat dilihat di link tersebut. Mudah-mudahan pesan yang pernah diangkat tersebut dapat menggugah kita semua dalam rangka mengawal roda bisnis Perusahaan dan berperan secara optimal guna mewujudkan WC-NEC (World Class – National Energy Company).
Bagi saya, clean sesuatu yang simpel tapi memiliki impact yang sangat dahsyat dalam menciptakan lingkungan kerja yang bersih, kondusif & produktif.
Penutup
Sangat disadari bicara clean tidak mudah ditengah maraknya pemberitaan korupsi, gratifikasi, money loundry, dan banyak kejahatan lainnya di media. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Direksi Persero dan Direksi seluruh AP serta semua insan Pertamina. Tinggal… apakah kita juga akan ikut larut dengan situasi yang ada atau mampu berbeda dalam artian positif?
Jika dikaitkan kasus tertangkap tangannya Kepala SKK Migas oleh KPK saat terima suap yang nilainya mencapai Rp 7 Milyar menjadi sesuatu yang memprihatinkan. Karena alasan pembubaran BP Migas kemudian berubah menjadi SKK Migas salah satunya terkait dengan indikasi maraknya praktek korupsi dan in-efisiensi yang terjadi di instusi ini. Harapannya dengan pergantian pimpinan yang berasal dari kalangan akademisi dan termasuk Dosen teladan (dihormati) dikampusnya, SKK Migas berubah imagenya dan dapat diandalkan menggenjot produksi migas. Ternyata faktanya malah membuat semakin miris.
Sisi lainnya, tidak mudah memang pada saat kita berurusan dengan pihak lain (eksternal) yang sudut pandang dan kepentingannya berbeda. Sulit menerapkan “clean”. Ini jamak dimana-mana. Yang penting jauhkan pikiran untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompok saat kita menghadapinya.
Karena yang diangkat disini adalah sekelumit situasi di PEP, saya berharap semua rekan kerja PEP dapat menjaga dan menerapkan hal ini “clean” dalam kondisi apapun. Suara sumbang tentang hal negatif selalu ada dan saya pribadi juga ikut mendengarnya. Sekarang… tunjukan kemauan untuk menepis itu semua dan berikan bukti. Sehingga apa yang sudah dibangun oleh Direksi & Manajemen PEP dan disupport semua Pekerja, mengakar menjadi sebuah system dan culture yang tidak lekang oleh waktu. Walaupun terjadi pergantian pimpinan. Semoga… (* penulis saat ini sedang menyelesaikan program Magister Hukum)
Jakarta, 19 Agustus 2013
Firdaus Bambang Saputra | VP Internal Audit