Mengintip judul di atas, rasanya akan banyak yang berminat. Tapi apa kita mau percaya begitu saja dengan iklan ”judul” seperti itu. Betul…! kita wajib hati-hati dan cermat jika ada penawaran seperti ini. Apa yang nanti akan saya ungkapkan, bisa jadi berbeda dengan apa yang menjadi harapan kita. Penasaran…? silahkan diteruskan…
Sebagai insan 6C ”khususnya Clean” yang selalu digadang-gadang oleh Direksi dan Manajemen, mudah-mudahan kita berangkat setiap hari dari rumah untuk bekerja di kantor dengan niat sungguh-sungguh dan berharap semoga apa yang dikerjakan menjadi amal ibadah dihadapan Sang Pencipta. Kontribusi yang diberikan dirasakan oleh banyak pihak. Gaji yang diterima dapat menafkahi/menghidupi keluarga. Berharap apa yang dimakan dan dinikmati oleh anak-anak & istri (atau suami) di rumah adalah sesuatu yang halal, ”mengalir dalam darah dan menjadi daging” serta membawa berkah dalam kehidupannya.
Saya sempat berteori, kita yang bekerja di Pertamina ini sesungguhnya termasuk manusia yang beruntung. Pendapatan dan kesejahteraan kita rasanya lebih dari cukup. Kita bekerja pada sebuah Perusahaan ”master piece-nya negeri ini”. Perusahaan yang merupakan amanah dari masyarakat dan bangsa ini, yang mengelola SDA Migas (energi) negeri ini. Tentunya dengan pemikiran tersebut, kita memiliki tanggung jawab pada seluruh masyarakat & bangsa ini. Pada saat kita bekerja dengan serius dan sungguh-sungguh serta diniatkan untuk menafkahi anak & istri/suami di rumah, insyaAllah akan menjadi amal ibadah yang tidak ternilai harganya.
Tapi ingat… saat kita bekerja tidak dengan sungguh-sungguh, ada vested interest, apalagi sampai melacurkan diri. ”Melakukan tindakan fraud. Bekerja tanpa integritas. Memanipulir pekerjaan untuk keuntungan pribadi dan/atau golongan. Mengambil yang bukan milik atau hak-nya”. Kita wajib bertanggung jawab terhadap seluruh masyarakat dan bangsa ini. Kita harus minta maaf kepada mereka.
Untuk minta maaf, kita wajib kelilingi nusantara ”meminta maaf kepada seluruh penduduk negeri ini”. Dapatkan tiket keliling Indonesia. Enak kan, kita bisa keliling Indonesia…? Sulit membayangkan jika ini harus kita lakukan. Berapa lama waktu yang akan kita habiskan untuk ini, dan berapa besar biaya yang harus kita keluarkan?
Saya berandai-andai, untuk wilayah Bogor tempat saya bermukim sekarang, itu saja saya tidak sanggup. Tidak sanggup rasanya… Apalagi untuk seluruh penduduk di negeri ini. Bisa tua atau mati di jalan saya. Cuma sekarang pertanyaannya, apakah kita mau membiarkan begitu saja dosa yang sudah terlanjur dilakukan?
Nah… jika kita tidak mau atau tidak sanggup untuk melakukan ini, jangan pernah kita mau melacurkan diri dalam bekerja. Jangan pernah sia-siakan tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan kepada kita. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, sehingga dunia kita peroleh dan akhirat kita dapatkan. Tidak ada gunanya seolah-olah kita sukses dan kaya di dunia ini, tapi dikehidupan berikutnya ”yang lebih abadi” kita tidak selamat. Penyesalan selalu datang terlambat. Terlebih jika di dunia, dari cara kita memperoleh sesuatu dengan cara yang tidak halal, ditunjukkan hukumannya oleh Yang Maha Kuasa ”Sang Pencipta jagad raya ini”.
Ada contoh bagus yang cukup membuat miris siapapun yang masih memiliki nurani dan jiwa yang sehat. Itu saya baca disebuah media di Jatim (Surabaya) pada tanggal 12 Pebruari 2013. Kasus ini menimpa salah seorang pejabat Pemda di Surabaya terkait perkara gratifikasi dana Jasa Pungut (Japung) sebesar Rp 720 juta yang terjadi sekitar 6 tahun lalu.
Ketika kasus dugaan korupsi itu mengemuka (6 tahun lalu), mulai saat itu Pejabat tersebut bersama keluarganya sudah terhukum. Beliau mengaku ”Kami merasa sudah terhina dan teraniaya oleh rasa malu yang terperi. Baik ditengah keluarga, di kantor, maupun ditengah masyarakat” dalam keterangan pers-nya pada tanggal 12 Pebruari 2013. Hukuman tersebut, kata pejabat tadi, tidak akan pernah terhapus dan akan terus ada selamanya. Bahkan, hukuman itu akan terbawa sampai meninggal dunia, timpalnya lagi. ”Itu teramat sangat menyakitkan dan pastilah akan terus dikenang sampai anak cucu nantinya”, ucapnya lagi.
Percayalah… bekerja dengan salah satu C ”clean” dari 6C yang ada, akan mampu membawa Perusahaan ini menjadi lebih unggul dari sekarang. Tidak berhenti dan berpuas diri dengan pencapaian saat ini. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, perjalanan kita masih panjang untuk menjadi ”to be WC-NEC”. Ada Petronas disebelah kita yang pencapaian laba bersihnya pada tahun 2011 sebesar Rp 215 trilyun.
Salah satu tantangan yang ada saat ini adalah mengenai pemberitaan migas di negeri ini. Sebagai insan migas, rasanya kita perlu prihatin dengan berita tentang defisit minyak & gas di negara kita pada media Kompas 11 Maret 2013. Menurut media tersebut, untuk Januari 2013 saja sudah terlihat tingginya impor minyak mentah, yaitu ”tercatat 1,2 milyar dollar AS atau naik 50% dibandingkan Desember 2012” serta alokasi BBM bersubsidi yang sebesar 48 juta KL diperkirakan jebol ke level 50 juta KL. Hal ini diperparah lagi dengan gejolak kurs yang juga membuat devisa negara ini ikut terkuras.
Pada tahun 2012, impor migas tercatat 42,56 miliar dollar AS atau meningkat dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 40,7 miliar dollar AS. Defisit migas ini telah menggerogoti neraca perdagangan Indonesia secara keseluruhan (total) dengan nilai sebesar 1,63 miliar dollar AS. Hal ini menjadi defisit perdagangan pertama sejak tahun 1961. Padahal, sebetulnya dari sisi non migas masih tercatat surplus senilai 3,9 miliar dollar AS.
Kondisi ini harus disikapi secara serius oleh setiap insan migas di negeri ini ”termasuk Pemerintah”. Terlebih jika dicermati tingkat produksi minyak yang diperkirakan terus menurun sampai dikisaran 830ribu s.d 850ribu barrel per-hari saja untuk 2013 ini.
Penutup
Pada kesempatan ini, saya hanya ingin mengajak kepada kita semua ”khususnya generasi muda yang memiliki waktu panjang untuk mengawal bisnis kebanggaan negeri ini”. Bekerjalah selalu di atas prinsip kebenaran. Jadilah follower yang berkarakter ”don’t be a sycophant”. Kita bekerja bukan untuk si A atau si B sebagai pimpinan atau Direksi Perusahaan ini. Ingat… kita tidak makan gaji dari mereka. Yang menggaji adalah Perusahaan tempat kita bekerja ”loyallah kepada Perusahaan”. Jangan pernah mau diperalat atau diperday{“type”:”block”,”srcIndex”:1,”srcClientId”:”364d10cb-6b94-47b6-8f41-edd742bcb91a”,”srcRootClientId”:””}a oleh siapapun. Jangan pernah takut untuk menyatakan ”tidak” terhadap sesuatu yang tidak benar. Dengan gaya hidup hedonis seperti sekarang ini, akan banyak yang tidak suka dengan kita. Kondisi ini sangatlah wajar. Biarlah manusia membenci kita, asal Dia ”Sang Pencipta dan Maha segalanya” tetap sayang dan membenarkan tindakan kita. Saat kita takut dan menuruti perintah atasan yang tidak benar, jika terjadi sesuatu dengan kita, mereka akan buang badan dan paling berucap ”kasihan si Anu”. Tidak lebih dari itu. Sementara yang menderita dan menanggung semua beban akibat ulah kita adalah anak, istri dan seluruh keluarga kita.
Jadi… hindari keliling Indonesia kalau alasannya untuk seperti cerita di atas. Mari kita jaga Perusahaan ini dengan baik. Selalulah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk membela kepentingan Perusahaan dalam rangka mengejar to be WC-NEC. (* penulis saat ini sedang menyelesaikan program Magister Hukum)
1 comment
[…] Tentunya masih ingat dengan beberapa tulisan saya sebelumnya, seperti “Masih Ada Manusia Putih, Dapatkan Tiket Keliling Indonesia dan Pesan Mendalam Ketua PPATK”. Jika tidak atau belum pernah membacanya, dapat dilihat di link […]