Demo “Pelajaran Anak Bangsa”

by firdausbambang
Demo FSPPB

Demo FSPPBMendengar kata “demo”, sebagian dari kita bisa jadi alergi, atau bahkan sinis. Yang ada di kepala kita adalah sesuatu yang merusak, beringas atau brutal. Karena kesan itu yang selalu dipertontonkan melalui media. Pertanyaannya sekarang, “perlukah kita demo?”.

Jika urusannya hanya sekedar menyampaikan pendapat, saya pastikan jawabannya tidak perlu. Trus jadinya apa? Yang jelas, demo dilakukan untuk sesuatu yang besar “dan harus punya nilai”. Maknanya harus lebih dari sekedar mengemukakan pendapat. Seperti melawan kedholiman. Mendobrak mereka yang lalim dan mereka yang tiran untuk memperjuangkan kemanfaatan bersama.

Contohnya, seperti yang Penulis ikuti pada 5 Juni 2014 lalu melalui “Solidaritas FSPPB Long March”. Ini jelas dilakukan untuk melawan penguasa “pejabat” tirani. Melawan mereka yang hanya mementingkan kekuasaan demi kepentingan pribadi atau kelompok dan berpihak kepada asing. Mengabaikan hak rakyat. Dimana UUD 45 serta amanah masyarakat dan bangsa ini secara nyata mereka kangkangi.

Demo kemarin diikuti oleh Pekerja Pertamina dan mahasiswa yang datang dari berbagai belahan kota di Indonesia serta elemen masyarakat (Ormas Perjuangan Kedaulatan Migas), termasuk juga perwakilan Pekerja dari LNG Badak, Total, Chevron, Petrochina dll. Konsep yang diusung adalah membangun solidaritas Pekerja Pertamina dengan empat butir resolusi “Membangun Kedaulatan Pengelolaan Migas Indonesia”, yaitu :

 

  1. Hentikan segala bentuk upaya UNBUNDLING PERTAMINA dan meminta Presiden RI mengeluarkan beleid yang menjadikan Pertamina sebagai pemegang kedaulatan pengelolaan migas Indonesia dan Perusahaan Nasional lainnya termasuk Perusahaan Migas Asing hanya dilibatkan sebagai partner yang mengelola bagian tertentu dalam supply chain migas nasional.
  2. Meminta Presiden RI memberhentikan Menteri BUMN yang tidak memiliki visi pengelolaan migas yang komprehensif karena mengeluarkan perintah pelepasan seluruh saham Pertamina Gas (PERTAGAS) milik Negara/Pertamina ke Perusahaan yang 43 persen sahamnya dimiliki oleh Asing/Publik.
  3. Meminta Presiden RI untuk memerintahkan aparat hukum untuk mengusut Menteri BUMN karena menginisiasi proses Kerja Sama Operasi (KSO) Lapangan Backbone PERTAMINA/PEP kepada Perusahaan yang tidak teruji kemampuannya sehingga mendorong Pertamina ke jurang kehancuran secara sistematis.
  4. Meminta Presiden RI untuk memerintahkan Menteri ESDM untuk responsif terhadap keinginan, kesiapan dan kemampuan Pertamina untuk mengelola Blok Migas yang akan habis masa pengelolaannya oleh Perusahaan Asing seperti BLOK MAHAKAM (2017) sesuai rekomendasi Dewan Ketahanan Nasional (Wantanas).

 

Ini demo besar dan luar biasa. Luar biasa karena jumlahnya lebih dari 2500 orang dan dominan diikuti oleh Pekerja Pertamina. Mereka turun ke jalan. Pekerja peduli dan bangkit yang sebelumnya sulit kita bayangkan ini akan terjadi. Mereka sebagian berasal dari kaum muda yang peduli akan nasib Pertamina dan bangsa ini ke depan. Kesadaran akan rasa memiliki tumbuh. Mereka bergerak penuh semangat dan menikmati dalam melakukan long march. Sebagian mengatakan ke saya, “luar biasa ya pak, baru kali ini saya melihat demo dalam jumlah besar dan tertib serta dengan konsep yang jelas”.

Demo FSPPBTidak berlebihan, aparat keamanan pun terlihat sangat nyaman. Mereka sudah begitu mafhum, bahwa jika Pekerja “FSPPB” demo, selalu tertib dan santun. Dilain sisi Federasi juga memahami bahwa aparat hanya menjalankan tugas dan sama sekali tidak punya kewenangan apalagi mengambil kebijakan terhadap sebuah tuntutan. So… tidak ada gunanya benturan dengan aparat.

Ini adalah pelajaran bagi anak bangsa. Pertama, pelajaran bagi mereka yang ikut serta turun ke jalan bahwa kita “Pekerja” wajib membangun solidaritas dan soliditas. Pekerja harus peka terhadap apa yang terjadi “yang akan mengancam nasib Perusahaan dan bangsa ini”. Kita perlu berjuang bersama dan dengan konsep/tujuan serta koordinasi yang jelas. Sejarah telah mencatat, Pekerja “Federasi” mampu membuktikan seperti “perubahan beberapa pasal dalam UU Migas 22/2001, perebutan Blok WMO ke pangkuan Pertamina dan banyak lainnya”. Dalam menyampaikan pendapatpun wakil Pekerja berhasil menggiring pemikiran banyak pihak meluruskan teror tudingan kesalahan yang diarahkan ke Pertamina terkait banyaknya ledakan tabung “melon” LPG waktu itu, meluruskan pemikiran Lembaga Konsumen Indonesia (LKI) yang selalu menyerang Pertamina, turun kesemua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan para Tokoh Bangsa melalui penjelasan ilmiah sehingga mereka paham posisi Pertamina dan berbalik memberikan dukungan, dlsb.

Kedua, pelajaran bagi mereka “Pejabat Pemerintah” yang di-demo. Janganlah hanya mementingkan kekuasaan dan kemaruk dengan jabatan. Sampai-sampai tega menjual asset bangsa dan negeri ini demi keuntungan asing, semata untuk kepentingan pribadi dan golongan. Mereka berani menggadaikan asset negeri, tapi tidak punya nyali. Bersembunyi saat ditemui dan tidak berani menghadapi kebenaran.

Ketiga, pelajaran bagi pimpinan di Perusahaan untuk mau membuka mata dan hati sembari membuka sekat keangkuhan. Pedulilah bahwa anda sedang dibela oleh bawahan anda. Anda tidak akan pernah ada artinya tanpa mereka. Mereka membantu anda, membela Perusahaan “jabatan yang anda duduki”, jadi bergandengan tanganlah dengan mereka. Setidaknya menyadari bahwa aksi ini adalah pelajaran berharga dan mahal biayanya. Ulurkan bantuan.

Keempat, pelajaran bagi mereka “Pekerja” yang tidak punya kepedulian sedikitpun. Berlagak tidak tahu bahkan mencibirkan mereka yang berjuang dan berpanas ria turun ke jalan. Kemana hati nurani…? Eittt… jangan negatif dulu. Siapa tahu mereka sangat sibuk. Kesibukan yang jauh lebih penting dari ancaman itu sendiri…??!

Kelima, pelajaran bagi semua insan Pertamina. Lihat… mereka yang bukan Pekerja datang jauh-jauh mulai dari Medan s.d Papua ke Jakarta hanya untuk membela Pertamina. Memperjuangkan kedaulatan Migas melalui Pertamina. Tidak malukah kita, orang lain sibuk membela rumah kita – sementara kita bersembunyi dalam kamar dan berpura tidak tahu. Mereka begitu sangat pedulinya dengan Perusahaan kita “tempat kita bersandar menghidupi istri & anak-anak”.

Apapun atas semuanya itu, bravo kepada Pekerja Pertamina yang telah mampu menunjukan eksistensinya “bahwa kita ada”. Kita adalah sekumpulan lebah yang terus bekerja untuk negeri ini. Berkarya dengan penuh pengabdian. Mengukir sarangnya “masterpiece bangsa ini” ke kancah internasional. Sekali diganggu, kita akan terbang bersama mengejar si Pengusik, walau kehidupan taruhannya.

You may also like

2 comments

ernie August 5, 2014 - 6:48 am

menambah wawasan sekali pak, ikut sedih untuk point no.2 43% saham dimiliki asing

Reply
Tri Juwanda February 3, 2015 - 5:46 pm

assalammualaikum. wr.wb.

terima kasih banyak atas informasinya pak firdaus Bambang Saputra, semoga tulisan bapak memberi hikmah bagi saya dalam menangani persolaan Masyarakat Tergusur Eks Blang Lancang-Rancong yang masih dalam perjanjian yang terabaiakan…

sekian dan terima kasih banyak.
hormat saya,
Tri Juwanda.

Reply

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: