Okelah… judulnya itu saja. Karena tadinya saya ingin berikan judul di atas ”Kita Belum Ada Apa-Apanya – So What…?”. Tapi, takutnya banyak yang tersinggung, he he he… Sedikit sulit memang jika kita ingin bicara apa adanya.
Menggelitik dan memancing motif mendengar apa yang disampaikan oleh Ibu Karen ”Dirut” saat acara pengukuhan pejabat Chief Audit Executive (CAE) dan SVP HRD pada Rabu lalu ”tanggal 29 Agustus 2012”. Arahannya sangat singkat, tapi begitu mengena. Beliau menginstruksikan kepada Pejabat SVP HRD yang baru untuk benchmark terkait HR ke Petronas karena salah satu pilar yang membuat Petronas maju (atau ”berjaya” dalam bahasa melayu) adalah karena pengelolaan HR nya. Bisa jadi lanjut beliau lagi, apa yang dilakukan Petronas jika diimplementasikan di Pertamina menjadi tidak begitu populis.
Dalam hati saya berkata, ”tidak masalah bu, yang penting adalah bagaimana Perusahaan ini bisa maju. Dan profit (pundi-pundi keuntungan) terus bertambah dan terus menjulang tinggi mengejar ketinggalannya”.
Karena saya seorang Internal Audit, saya sangat merasakan bahwa Pertamina memiliki potensi yang luar biasa jika dikelola secara baik. Keberhasilan pada 2011 kemarin dengan mencetak profit (laba bersih) sebesar Rp 20,47 Trilyun dibandingkan rencana/target yang hanya Rp 17,8 Trilyun patut dibanggakan. Kita patut bersyukur. Tapi dilain sisi, ada hati yang tidak pernah diam yang selalu berujar ”harusnya lebih dari itu… lebih dari itu…”. Dan kata orang bijak hati biasanya sering benar.
Saya coba merenung dan teringat teori tentang fraud. Berdasarkan hasil penelitian dan survey ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) bahwa losses akibat fraud disetiap organisasi rata-rata sekitar 5%. Yang menjadi pertanyaan kita bagaimana di Pertamina, apakah < 5%, = 5% atau > 5%? Secara sederhana, katakanlah misalnya 5% saja, maka losses akibat fraud tidak kurang dari Rp …? wah wah wah… saya tidak berani meneruskannya. Angkanya bisa menjadi sangat fantastis nanti dan menimbulkan multi tafsir.
Ini bukan tanpa alasan. Kebocoran dan in-efisiensi masih sangat banyak terjadi di tempat kita. Ada yang bilang, mereka yang ketahuan melakukan tindakan kejahatan karena apes saja. Padahal masih banyak lagi yang belum terungkap. Yes… that’s right.
Menurut teori lagi, fraud itu bagaikan fenomena gunung es. Yang muncul atau terekspos hanya permukaannya saja (sedikit sekali), sedangkan yang tidak terungkap lebih banyak lagi baik kuantitas maupun kualitasnya.
Jika kebocoran (pencurian) yang terjadi dapat diminimalkan dengan memberikan efek jera kepada pelakunya dan setiap kegiatan in-efisiensi (seperti pemborosan dan kemahalan atau mark-up biaya) dapat ditekan secara maksimal, keuntungan Pertamina dapat ditingkatkan secara signifikan”. Tindakan ini memberikan implikasi dual effect, yaitu menurunkan cost dan sekaligus meningkatkan profit Perusahaan.
Dari sini saya punya keyakinan bahwa jika Pertamina dapat dibenahi secara baik, di masa depan Perusahaan ini memiliki potensi untuk dapat sejajar dengan WC-NOC atau WC-NEC sejenis lainnya, sesuai dengan target serta Visi dan Misi yang sudah dicanangkan oleh Direksi menuju 2023 (katanya sudah dimajukan jadi 2018).
Kita mungkin akan terhenyak jika dibandingkan dengan Petronas. Bayangkan… Tahun 2011 kemarin, mereka berhasil membukukan keuntungan bersih sebesar Rp 215 Trilyun. Sementara kita…??? Bahkan tragisnya lagi, 141 BUMN yang ada di Indonesia dengan nilai asset mendekati Rp 3000 Trilyun (Vs Petronas hanya ± Rp 1300 Trilyun) kita kumpulkan jadi satu, dimana didalamnya ada Pertamina, PLN, Telkom, Bank, dll keuntungan yang berhasil dikumpulkan pada 2011 tidak lebih dari Rp 160 Trilyun. Bahkan untuk 2012 ini, mereka sudah men-declared berhasil meraih laba bersih pada kuartal I sebesar Rp 59 Trilyun.
So… jalan memang masih panjang. Cuma pertanyaannya, jalan ini berujung atau tidak berujung?
Kembali pada pengelolaan HR. Kalau ini mau dijadikan bagian alternatif solusi pembenahan, saya rasa cukup tepat. Problem HR ini jika mau disederhanakan sebetulnya juga bisa. Yang dituntut disini tauladan ”role model” para pemimpin. Tidak sebatas ucapan, tapi harus diikuti dengan tindakan nyata. Bukan komat kamit, tapi betul-betul komit dan konsisten (commitment & consistency). Karena ini akan jadi rekaman kuat di benak para follower, ”rekaman hitam, abu-abu atau putih”.
Saya yakin ini masalah sederhana. Karena bangsa ini adalah bangsa penurut yang sangat memahami suri tauladan para pemimpinnya. Sangat tergantung dengan polah laku para leader-nya. Mari kita bangkit dan semangat untuk membangun Perusahaan tercinta ini.