Manajemen dan Pengharapan

by firdausbambang
harapan

Pengharapan… Apa itu…???

Simpel ajalah. Jika diibaratkan sebuah keluarga, tentunya semua penghuni berharap kehidupannya berkecukupan, tenteram dan harmonis. Ini ditunjukkan dengan keceriaan, semangat dan optimisme dari semua anggota keluarga. Dalam situasi ini tentunya semua keluarga akan berkomunikasi secara baik dan terbuka. Setiap tindakan yang dilakukan oleh semua penghuni akan produktif. Bila ada masalah bisa dirembukkan secara terbuka. Semua orang semangat untuk memberikan masukan yang solutif.

Tentunya tidak beda jauh bila itu sebuah Perusahaan. Semua anak-anak “Pekerja” yang ada didalamnya juga pasti berharap seperti itu. Walaupun dengan karakteristik yang lebih beragam. Mereka tentu sangat tidak suka jika ada yang ingin kelihatan berkuasa, sok hebat dan berbuat sesukanya atau ingin memanfaatkan kedudukannya dengan cara-cara yang tercela. Mereka akan sangat hormat jika seorang kepala keluarga “Pimpinan” bisa bersikap arif, ngayomi dan bisa dijadikan sumber teladan. Serta mampu bertindak tegas jika ada anggotanya yang berbuat salah atau bekerja tidak benar. Dengan sikap bijaknya, mereka pasti akan dielu-elukan, dikenang bahkan ditangisi jika sudah tidak menjabat lagi. Legacy-nya akan selalu dikenang.

Tapi jika sebaliknya, saat mereka sudah tidak menjabat, semua orang akan bernafas lega, bertepuk tangan bahkan bersorak gembira karena merasa lepas dari penderitaan dan pemandangan buruk.

Harapan utama tentunya apa yang sudah bagus terus dipupuk dan dijaga pertumbuhannya. Secara sederhana dari aspek finansial, indikasinya dapat dilihat dari bertumbuhnya pendapatan, rasio profitabilitasnya sehat, jumlah pengeluaran yang seimbang, punya dana cadangan, rasio kas aman dan terus bertambah, tidak banyak berhutang (tingkat rasio utang rendah) serta catatan keuangan bersih & jelas. Dari sini indikator survive & growth nya akan kelihatan. Jangan malah merusak tatanan yang sudah bagus yang menunjukkan seolah Perusahaan mau bangkrut seperti menurunnya pendapatan, hak pekerja mulai dikurangi, banyak kebijakan berubah secara mendadak dlsb. Waduhhh…!!! 😰

Hubungan yang tidak harmonis dan saling menyalahkan di level atas akan membuat hilangnya trust pekerja. Yang ditunjukkan minim pujian dan royal kritikan. Ini tentunya juga menyangkut masalah integritas dan kredibilitas. Bagi organisasi yang sehat, pemimpin yang kredibel dan punya integritas adalah segalanya. Dua hal ini tidak hanya sebagai pemanis retorika, tetapi harus dalam bentuk tindakan sehingga mendapatkan pengakuan dari semua pihak. Praktik manajemen yang buruk bisa mengurangi semangat kerja Pekerja. Malah menjadi tempat tumbuh suburnya virus kejahatan.

Pekerja sangat tidak ingin punya pimpinan yang memaksakan kehendak/maunya, tidak memberi contoh, tidak sportif, tidak mau ambil resiko dan banyak omong. Yang diharapkan adalah terwujudnya sinergi, kolaborasi, integrasi dan pemikiran yang komprehensif sehingga organisasi/perusahaan mampu bertahan meski menghadapi masa-masa sulit.

Manajemen yang efektif identik dengan keuntungan yang berlimpah. Karena dengan ini dapat membuat roda perusahaan berjalan dengan baik. Manajemen dan pekerja saling bahu membahu. Pekerjapun akan loyal dan siap mengorbankan waktu dan pemikirannya untuk Perusahaan.

Saat implementasi transformasi dan restrukturisasi dilakukan secara sporadis. Dan jika tidak menunjukkan kondisi kinerja dan keuangan Perusahaan yang membaik. Atau yang muncul malah masalah dan beban yang tidak terduga. So… berarti ada yang salah disini. Sebelum segalanya menjadi terlambat, sebaiknya jangan malu untuk mengakui kekeliruan. Sebelum beban perusahaan semakin berat dan kondisi semakin parah. Pimpinan harus punya keberanian untuk meninjau ulang, membatalkan segalanya dan kembali ke awal.

Kita semua ingin masuk dalam 100 Fortune Global. Tapi tidak dengan cara menggadaikan Perusahaan. Terlebih menghilangkan kedaulatan Migas di negeri ini. Harusnya Top level berpikir dan berjuang bagaimana kuasa pertambangan kembali ke Pertamina. Edukasi dan lobi-lobi harus mereka lakukan. Kembali ke eranya UU No. 8 Tahun 71 yang memberikan kewenangan luas dan konstitusional. Sehingga tingkat kepercayaan dari partner juga meningkat. Yang akan banyak membantu dan mempermudah saat dilakukan kerjasama (partnership) melalui kewenangan yang dimiliki. Tidak sibuk dengan hal-hal yang tidak jelas dan menguras energi.

Semoga Manajemen perusahaan dan Pemimpin bangsa ini menyadari itu semua untuk membawa negeri dan bangsa ini kepada kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat banyak. Semoga menjadi pengharapan yang tidak sia-sia… 🤲 (fbs – 19 Sept 2020)

             —o0$0o—

#Harapan adalah milik semua orang, tanpa itu semua akan tanpa makna “tidak ada cita-cita, tidak ada semangat, tidak ada kebahagiaan dan matinya kehidupan”

fbs

You may also like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: