(Oleh : Firdaus Bambang Saputra, QIA, CFE – Investigation Internal Audit)
Saya harus segera menulisnya. Itu yang terbayang di benak saya. Ada perasaan bersalah jika ini tidak saya ungkap ketika kawan tersebut selesai menceritakan sesuatu dan berlalu dari hadapan saya. Ternyata manusia putih itu masih ada…
Ingatan saya kembali melayang. Yaaa… 8 tahun silam. Saya mendapatkan pelajaran ”anti korupsi” dari Garda Oto. Tepatnya dari Garda Siaga wilayah Bandung pada tanggal 21 Juli 2006 dan Garda Siaga wilayah Bandar Lampung pada tanggal 1 Januari 2007. Tidak berlebihan rasanya saya sampaikan salam saluuut… pada waktu itu melalui salah satu media ternama atas apa yang telah dilakukan oleh Petugasnya kepada saya dan keluarga.
Waktu itu kendaraan saya mengalami gangguan di Bandung. Kemudian saya langsung menghubungi Garda Siaga. Tidak lama kemudian 2 (dua) orang Petugasnya datang dan langsung memberikan bantuan.
Saat pekerjaan petugas teknisi tersebut selesai, saya merasa betul-betul terbantu. Dengan rasa yang sangat ikhlas ”sebagai ucapan terima kasih” saya mencoba memberikan sedikit tip kepada ke-2 petugas tersebut. Namun diluar dugaan saya, ke-dua petugas tersebut sama sekali tidak mau menerimanya. Bahkan saya paksa sekalipun, karena saya merasa betul-betul terbantu dengan apa yang mereka sudah lakukan terhadap kami.
Begitupun waktu saya di Bandar Lampung. Kejadian yang sama terulang kembali. Persis sama, mereka sama sekali tidak mau menerima apa yang menjadi niat baik saya. Saya sudah sampaikan, bahwa saya betul-betul ikhlas dengan apa yang saya lakukan. Tapi mereka tetap keukeuh dengan sikap dan integritasnya.
Yang terpikir oleh saya, mereka adalah orang kecil. Tapi ternyata mereka mampu memberikan contoh, tauladan dan pelajaran berharga buat saya sekeluarga. Ditengah tudingan bahwa bangsa kita terkenal dengan kebejatan dan kelakuan korupsinya, ternyata masih ada segelintir manusia yang mempunyai moral dan integritas yang patut kita banggakan. Apa yang mereka sudah lakukan tentu juga tidak terlepas dari keberhasilan Manajemen Garda Oto yang sudah menanamkan nilai-nilai moral. Yang saat ini justru semakin asing dan terpinggirkan dari perilaku bangsa kita yang katanya dulu sangat terkenal dengan ”kejujuran, keramah tamahan dan sopan santunnya”.
Pada hari ini, tepatnya Senin 24 September 2012, seorang anak muda menceritakan kegundahannya. Dia merasa tidak tenang karena telah menerima sesuatu saat melakukan perjalanan dinas. Pemberian pertama katanya berhasil dikembalikan secara halus. Tapi yang kedua situasinya tidak memungkinkan sehingga tidak sempat dikembalikan kepada si Pemberi. Kejadian ini terus mengganggu pikirannya sehingga membuat dia selalu merasa bersalah.
Di rumah, dia sempat menceritakan hal ini kepada istrinya. Apa yang terjadi…?! Istrinya sangat tidak rela dan minta supaya ini segera dikembalikan. Subhanallah… betul-betul seorang istri yang sholihah.
Seringkali yang terjadi, kita tidak berdaya dengan sikap istri atau anak-anak kita. Banyak rongrongan yang mereka lakukan sehingga bisa jadi melebihi kebutuhan atau kemampuan finansial kita. Sehingga kita yang tadinya tidak pernah berpikir untuk melakukan penyimpangan, akhirnya dengan terpaksa mulai berpikir dan berniat melakukannya sekedar memenuhi kebutuhan istri atau keluarga yang selalu merengek dan dengan ketus membanding-bandingkan kita dengan orang lain.
Istri yang baik seyogyanya mampu meredam keserakahan yang mulai muncul dari lingkungan atau diri suaminya. Peran istri akan sangat efektif mengendalikan niat-niat jahat yang mulai meracuni suaminya. Atau bisa juga sebaliknya jika hal tersebut justru diinisiasi oleh sang istri.
Kembali ke anak muda tadi. Karena dia meminta bantuan untuk dicarikan jalan keluarnya, saya memberikan 3 alternatif solusi kepadanya. ”Pertama, bla bla bla – kedua, ble ble ble – dan ketiga, blu blu blu” kata saya. Akhirnya dipilihlah alternatif yang paling memungkinkan dan tidak berdampak bagi orang lain. Lho, kok berdampak bagi orang lain. Ya jelaslah…, karena terlalu jujur menceritakan kejadian ini akan membuat yang lain menjadi tidak nyaman. He he he… repot juga rupanya untuk meluruskan perbuatan yang bengkok.
Saya hanya berpesan kepada anak muda tadi, ”terus pertahankan Mas, jangan sampai terkontaminasi dan tularkan racun kebaikan ini ke kawan-kawan yang lainnya”.
Petugas Garda Oto dan anak muda tadi, rasanya layak kita sebut sebagai manusia putih. Terlalu berat bebannya jika kita sebut mereka sebagai manusia suci, he he he…
Penutup
Terus terang, dijaman ini, orang-orang seperti manusia putih ini bisa jadi dianggap ”naif”. Bukan hanya di kita, bahkan mungkin di seantero negeri ini. Keterpurukan kita, carut marutnya perekonomian, kejadian fraud dan korupsi dimana-mana, ketidak amanan, ketidak nyamanan dan masih sangat rendahnya kesejahteraan masyarakat, saya rasa tidak terlepas dari sikap kemaruknya sebagian orang yang menghalalkan segala cara. Sehingga dampaknya dirasakan oleh masyarakat banyak. Kita patut bersedih jika ada para pemimpin kita yang tidak peduli dengan etik dan moral yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya.
Kita butuh banyak manusia putih di Perusahaan dan negeri ini guna memperbaiki keadaan yang banyak membuat orang menjadi apatis, demotivasi dan lebih mengedepankan egonya.
Yang patut kita pertanyakan sekarang, ”Sadarkah kita terhadap semua dampak perilaku yang kita mainkan”, ”Punya nuranikah kita terhadap semua kenikmatan yang kita kumpulkan dari cara-cara yang tidak halal dan terpuji”, ”Tidak malukah anak-anak dan keluarga besar kita menikmati apa yang dihasilkan oleh para orang tua nya dengan cara-cara yang tidak patut”, ”Siapkah kita mempertanggung jawabkan semuanya ini baik di dunia maupun di akhirat nanti”, dan banyak lagi pertanyaan lainnya. Semuanya itu dapat diperbaiki kembali jika kita semua segera menyadarinya dan siap berubah menjadi manusia putih tadi. Kita butuh tauladan dari para pemimpin.
Bersyukurlah bahwa manusia putih itu masih ada di perusahaan kita. Kita berharap tidak hanya satu, jika perlu puluhan, ratusan bahkan ribuan mereka hadir di tengah kita. Bagi yang belum, mari kita hijrah menjadi manusia putih sehingga Perusahaan ini tumbuh menjadi luar biasa. (*penulis saat ini sedang menyelesaikan program Magister Hukum)
2 comments
[…] yang budiman. Tentunya masih ingat dengan beberapa tulisan saya sebelumnya, seperti “Masih Ada Manusia Putih, Dapatkan Tiket Keliling Indonesia dan Pesan Mendalam Ketua PPATK”. Jika tidak atau belum pernah […]
Terima kasih untuk sharenya banyak sekali pelajaran dan contoh yang baik yang bisa kita ambil dari artikel ini.