Merobohkan Bangunan Dari Dalam

by firdausbambang
menghancurkan bangunan dari dalam

Hehehe… naif kalau ada kejadian seperti judul di atas. Ndak mungkinlah, imposible! Mana ada!! Pasti akan membahayakan penghuni didalamnya dan menghancurkan apa yang susah payah dibangun selama ini. Hanya orang bodoh saja yang mau melakukan itu. Gendenk itu namanya!!! Pastinya banyak lagi ocehan dan umpatan yang keluar dari mulut banyak orang jika itu terjadi.

“Tapi mungkin saja ada. Seperti orang yang mau bunuh diri, atau ingin mematikan orang yang ada dalam bangunan tersebut, atau mungkin orang gila”, kata seorang kawan. O oo berarti jika itu terjadi, hanya itu saja ya alasannya.

Yaa… itu jika bangunannya phisik. Tapi kalau bangunan itu sebuah institusi atau organisasi, apa ada ya…? Untuk tahu jawabannya, coba simak kemungkinan di bawah satu persatu alasan orang ingin merobohkan bangunan dari dalam.

Pertama, dia lebih mementingkan pihak eksternal. Mengakomodir keinginan pihak lain diluar organisasi karena mungkin ada deal-deal tertentu. Bisa jadi dia duduknya bukan karena prestasi. Bukan karena kinerja atau kepiawaiannya. Tapi karena ada maksud-maksud terselubung dibaliknya. Atau bagi-bagi posisi sebagai balas jasa. Alasannya lebih non teknis. Jika ini ada, siapapun itu “bahkan penguasa sekalipun” harus bertanggung jawab mendudukkan orang-orang seperti ini. Akibatnya pejabat tersebut bisanya cuma mbebek doank. Tidak punya konsep apalagi menjadi Visioner. Integritas & keberaniannya untuk membela Perusahaan & organisasi sudah pasti diragukan. Nyalinya kecil. Sulit berharap banyak dari orang seperti ini. Tapi kok bisa dia yang dipilih? Ada apa? Hehehe…

Jika itu yang terjadi, dapat ditebak kejadian selanjutnya. Dia harus mengakomodir kepentingan orang lain, sekalipun harus melacurkan diri. Sing penting jabatan aman. Rela mengorbankan harga diri dan buta mata hati. Tidak peduli lagi apa kata orang, apalagi masa depan “nasib” Perusahaan/organisasi.

Kedua, adalah orang yang ingin merusak tatanan yang sudah bagus. Karena kekurangan atau ketidak mampuan dirinya akan mudah terlihat disini. Vested interest-nya mudah dibaca. Banyak cara dia akan lakukan. Misalnya dengan membungkam dan mengganti orang-orang yang dia tidak sukai tanpa memahami tujuan dari organisasi yang dipimpinnya. Bisa jadi dia tidak paham dengan jiwa dari perusahaan/organisasi tersebut serta belum mengenal capability orang-orang dibawahnya. Tapi sudah melakukan aksi. Yang ada dibenaknya bagaimana interest pribadi dan/atau kelompoknya dapat terlaksana tanpa ada yang menghalangi. Serta ingin terlihat hebat & berkuasa.

Dalam situasi seperti ini, jika pihak-pihak yang peduli tidak jeli dan terkesan membiarkan, bangunan “organisasi” tersebut tinggal menunggu masa kehancuran. Jika hidup pun, organisasi  itu pasti mandul. Karena hanya akan mengakomodir kepentingan segelintir orang “penguasa” dan kelompoknya, bukan goal Perusahaan.

Ketiga, adalah dengan cara memasukan orang-orang yang tidak kompeten. Memberikan kedudukan untuk orang yang tidak tepat atau tidak jelas asal usulnya. Mengabaikan karyawannya yang sudah berkarir, berjasa dan berjuang dari bawah. Secara arogan dia bisa ujug-ujug mendudukan siapapun, bahkan orang yang tidak perform sekalipun. Yang lebih parah lagi mengangkat orang-orang yang track record-nya hitam. Tidak jelas apa maksudnya. Namun dampaknya akan luar biasa bagi organisasi. Banyak orang akan demotivasi & apatis. Bahkan untuk yang punya talenta & profesional lebih baik memilih resign, dari pada tetap bertahan dan menyaksikan dagelan badut yang membosankan. Organisasi akan teraniaya, dan akan dilecehkan banyak orang. Orang menjadi tidak punya semangat lagi berkontribusi dan berkompetisi untuk memberikan yang terbaik bagi Perusahaan.

Istimewanya lagi, orang-orang seperti ini seringkali di-anak emaskan, walaupun kerjanya tidak becus.

Keempat, orang ini suka menggunakan style “management by conflict”. Dia paling suka jika orang-orang dibawahnya tidak kompak, saling curiga mencurigai dan tidak peduli dengan performa/target organisasi. Seperti menciptakan jurang antara alumni ini Vs alumni itu, kelompok milenial Vs senior dlsb. Dengan kondisi ini dia merasa aman dan paling menikmati. Kekurangan “kebodohannya” pasti akan tertutupi dimata bawahannya. Dia berharap orang akan memilih menyelamatkan diri masing-masing. Dan yang paling penting, “sycophants” akan tumbuh subur dalam situasi seperti ini. Jika dipandang perlu dia akan susupkan orangnya “sychopants & oportunis” dalam kelompok yang masih solid untuk memata-matai. Dia suka memancing isu dan isu-isu yang tidak jelas langsung direspon untuk memperkeruh situasi dan mencari keuntungan.

management by Conflict

Kelima, berdalih seolah jadi pembaharu. Ingin melakukan perubahan dengan berbagai dalih yang dipaksakan. Seperti mengutak atik organisasi yang sejatinya sudah bagus, menciptakan lompatan jabatan bagi kaum milenial, dlsb. Sering kali tidak disadari oleh Ybs bahwa orang sangat mudah membaca niat yang tersembunyi tersebut. Berbagai alasan dia kemukakan untuk menjustifikasi rencananya. Dan biasanya dengan menggunakan kekuasaan mereka selalu berhasil melakukannya. Yang kasihan adalah nasib Perusahaan dan orang-orang didalamnya. Dampaknya bisa sekarang, bisa setahun bahkan sepuluh tahun kemudian. Jika dampaknya muncul, segala sesuatunya sudah terlambat.

Ke-enam, suka menutup kasus/masalah serta membela dan melepaskan orang yang bersalah. Ini jelas, karena dia sendiri punya vested interest dan berasal dari sisi yang gelap. Orang tipe ini paling benci dengan mereka yang berintegritas. Ini sangat berbahaya. Jika karakter pimpinan yang kita miliki seperti ini, kita hanya menunggu waktu kehancuran. Sinyal ini akan ditangkap oleh semua Pekerja dengan pesan “silahkan mencuri/korupsi, tapi hati-hati…!”.

Sekarang, mari kita renungkan, seperti apa Perusahaan kita. Mudah-mudahan tidak ada diantara 6 kondisi tersebut. Jika ada, top level management harus segera bersikap. Menyadari semuanya itu sebelum segalanya menjadi terlambat. Dalam situasi itu sulit untuk mendapatkan trust, apalagi kinerja excellent dari Pekerja. Jangankan untuk berpikir maju menjadi world class energy company (WCEC) atau masuk dalam urutan 100 Fortune Global, mempertahankan kondisi yang ada saja susah. Pimpinan puncak harus punya kepekaan terhadap hal ini. Nyali juga harus kuat. Memilih takluk pada segelintir orang atau menyelamatkan Perusahaan dalam rangka membela kepentingan Pekerja, masyarakat, bangsa dan negeri ini.

Dalam situasi yang cukup kompleks seperti sekarang. Apakah pilihan dengan melakukan transformasi Holding Subholding merupakan pilihan yang tepat dan bijak. Dimana salahnya dengan bentuk organisasi lama…?

Ibarat sebuah rumah. Jangan sampai hanya karena kerusakan dan masalah kecil atau sesuatu yang ndak jelas, lantas rumah besarnya dirobohkan. Kemudian dipecah menjadi beberapa rumah untuk niat dijual dan cari tambahan dana. Berapa duit tuch yang dihabiskan untuk membangun baru. Belum masalah pajak/tax-nya (PBB), juga urusan legalitasnya (IMB) dan biaya mindahin penghuni dan asetnya (transfer pricing). Kondisi yang berantakan juga menyebabkan banyak kegiatan terganggu. Wow… terbayang in-efisiensi yang terjadi. Padahal Juragan rumah selama ini teriak kencangkan ikat pinggang kepada semua penghuni karena badai Covid dan krisis ekonomi diluar rumah. Ditambah hutangnya Juragan yang juga sudah kadung numpuk sebelumnya.

transfer pricing illustration

Yang perlu diwaspadai, dana hasil penjualan juga tidak jelas pemanfaatannya. Satu persatu rumah dilego. Asset berpindah kepemilikannya. Pemilik asli sudah tidak memiliki hak penuh lagi. Akibat eksekusi yang dilakukan secara sporadis dan terburu-buru. Tanpa konsep dan perencanaan yang matang. Sehingga semuanya menjadi amburadul dan tergadaikan. Sangat mengenaskan…!!!

Sekarang… ini kita ibaratkan sebuah Perusahaan/BUMN. Jika tujuannya supaya GCG bagus dan ingin dikelola secara transparan, bisa dilakukan melalui mekanisme non-listed public company (NLPC). Ini ide lama sebetulnya, tapi bisa menjadi alternatif yang solutif. Saham terdaftar di BEI tanpa harus menjualnya meski hanya 1%. Dengan begitu GCG nya juga akan meningkat lebih baik.

Jika tujuannya cari dana untuk berbenah. Dengan pengalaman yang ada, Perusahaan tentu sudah cukup piawai mencari pinjaman dana murah. Contohnya Pertamina, punya pengalaman memperoleh kredit sejak 2011 dengan tingkat bunga rendah. Dan ini tanpa IPO. Apalagi jika diterbitkan obligasi dengan mendapatkan jaminan Pemerintah. Tanpa IPO Pertamina justru dapat mengakses dana lebih murah dibanding BUMN yang sudah IPO.

So… ternyata dana murah dan peningkatan GCG dapat diraih tanpa harus melakukan IPO.

Sebagai BUMN, Pertamina pernah punya prestasi bagus jaman CEO nya Karen Agustiawan. Pertamina masuk urutan ke-122 dalam Fortune Global pada tahun 2013. Dan ini bukan kerjanya Super Hero “seorang Karen” semata, karena Super Hero bukanlah jaminan. Yang dibutuhkan adalah Superteam. Beliau sukses menggalang Team dengan baik dan bisa jadi Team juga trust dengan beliau. So… artinya tidak ada yang salah dengan organisasi Perusahaan. Tergantung bagaimana Nahkodanya. Jangan sampai muncul lagi ungkapan yang disampaikan seorang Menteri waktu itu bahwa “monyet pun memimpin Pertamina untung”. Jadi harus ada prestasi unggulan yang dapat dibanggakan dari seorang leader. Ada legacy tanpa menggadaikan Perusahaan.

Legacy

Penulis masih punya keyakinan bahwa pimpinan kita selalu mengedepankan yang terbaik. Bisa membedakan hitam putih orang-orang disekelilingnya dan para Manajemen di bawahnya. Ini bukan masalah sederhana dan tidak bisa diabaikan. Ini hidup matinya Perusahaan. Karena sukses besar sebuah organisasi/Perusahaan tidak lepas dari siapa CEO nya. Sementara keberhasilan seorang CEO sangat tergantung bagaimana leadership dan integritas orang-orang dibelakangnya. Sehingga terbentuklah Superteam. Jangan sampai system tinggal system dan valuesA-K-H-L-A-K” menjadi tidak bernyawa. Kejelian, kejernihan berpikir dan kepekaan nurani sangat dibutuhkan disini. Kita berharap, pimpinan puncak akan melakukan yang terbaik melalui naluri bisnis dan leadersipnya. Follower yang berkarakter akan lahir dari mereka “bukan sychopants, oportunis dan yang bisanya cuma mbebek doank”.

Yakin…! Dengan cara terbaik akan memberikan hasil yang baik. Perusahaan pasti akan memberikan yang terbaik juga kepada kita semua dan bangsa ini. Semoga… (fbs – 5 Sept 2020)

—o0$0o—

#Bawahan memerlukan kecerdasan, kebersihan nurani dan tidak pilih kasih dari seorang pemimpin, karena setelah itu dia akan berikan segalanya kepada anda – fbs

You may also like

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: